"Bencana
alam adalah kejadian yang semua orang tak mau mengalaminya. Tapi, kita
tak pernah tahu kapan bencana alam itu akan terjadi, dan apakah bencana
alam itu akan mengalaminya?"Apa yang dimaksud bencana alam? dan apa saja contohnya? baca cerita selengkapnya!
Gempa bumi
Gempa bumi adalah
getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak
Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu
pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi
diukur dengan menggunakan alatSeismometer. Moment magnitudo adalah
skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala
yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala
besarnya lokal 5 magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka mereka
valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan
besar nya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas,
tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah
lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir
besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada
tahun 2011 (per Maret 2011), dan itu adalah gempa Jepang
terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada
modifikasi Skala Mercalli.
Jenis Gempa Bumi
Berdasarkan Penyebab
Gempa Bumi ini
disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng
tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga
yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana
alam di Bumi, getaran gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian
Bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang
terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti
layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.
Gempa Bumi ini
diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis gempa
Bumi ini jarang terjadi
Gempa Bumi ini
biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi
ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
Gempa bumi
buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti
peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
Gempa Bumi ini
terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api
meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya
ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut
hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
Berdasarkan Kedalaman
·
Gempa bumi dalam
Gempa bumi
dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah
permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
·
Gempa bumi menengah
Gempa bumi
menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300
km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan
kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
·
Gempa bumi dangkal
Gempa bumi
dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari
permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
Berdasarkan Gelombang/Getaran Gempa
·
Gelombang Primer
Gelombang
primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di
tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal
dari hiposentrum.
·
Gelombang Sekunder
Gelombang
sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat,
seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4-7
km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.
Penyebab terjadinya gempa Bumi
Kebanyakan
gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar
dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan
lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.
Gempa Bumi
biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi yang
paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan
besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang
terjepit kedalam mengalami transisi fase pada
kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa
Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam
gunung berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya
letusan gunung berapi. Beberapa gempa Bumi (jarang namun) juga terjadi karena
menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi
(jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke
dalam Bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas Bumi dan
di Rocky Mountain
Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan
peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata
nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi yang
disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas
terinduksi.
Sejarah gempa Bumi besar pada abad ke-20 dan 21
·
11 April 2012, Gempa bumi di
sepanjang Pulau Sumatera berskala
8.6 SR, berpotensi
sampai Aceh, Sumatera
Utara, Bengkulu, dan Lampung. Gempa terasa
sampai India.
·
11 Maret 2011, Gempa
Bumi di Jepang, 373 km dari kota Tokyo berskala 9,0
Skala Richter yang sebelumnya di revisi dari 8,8 Skala Richter, gempa ini juga
menimbulkan gelombang tsunamidi sepanjang
pesisir timur Jepang
·
26
Oktober 2010, Gempa
Bumi di Mentawai berskala
7.2 Skala Richter, korban tewas ditemukan hingga 9 November ini mencapai 156
orang. Gempa ini kemudian juga menimbulkan tsunami.
·
7 April 2010, Gempa Bumi dengan
kekuatan 7.2 Skala Richter di Sumatera bagian Utara lainnya berpusat 60km
dari Sinabang, Aceh. Tidak
menimbulkan tsunami, menimbulkan
kerusakan fisik di beberapa daerah, belum ada informasi korban jiwa.
·
27
Februari 2010, Gempa Bumi
di Chili dengan
8.8 Skala Richter, 432 orang tewas (data 30 Maret 2010). Mengakibatkan tsunami
menyeberangi Samudera Pasifik yang menjangkau hingga Selandia Baru, Australia,
kepulauan Hawaii, negara-negara kepulauan di Pasifik dan Jepang dengan dampak
ringan dan menengah.
·
12
Januari 2010, Gempa
Bumi Haiti dengan
episenter dekat kota Léogâne 7,0 Skala Richter berdampak pada 3 juta penduduk,
perkiraan korban meninggal 230.000 orang, luka-luka 300.000 orang dan 1.000.000
kehilangan tempat tinggal.
·
30 September 2009, Gempa Bumi Sumatera
Barat merupakan gempa tektonik yang berasal dari
pergeseran patahan
Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter (BMG Indonesia)
atau 7,9 Skala Richter (BMG Amerika) mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia.
Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan terperangkap dalam
reruntuhan bangunan.
·
2
September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala
Richter mengguncang Tasikmalaya, Indonesia.
Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali,
berpotensi tsunami. Korban jiwa
masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah
longsor sehingga pengevakuasian warga
terhambat.
Kerusakan akibat gempa Bumi di San Francisco pada tahun
1906
Sebagian jalan layang yang runtuh akibat gempa Bumi Loma
Prieta pada tahun 1989
Akibat Gempa Bumi
·
Bangunan roboh
·
Kebakaran
·
Jatuhnya korban jiwa
·
Permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus
·
Tanah longsor akibat guncangan
·
Banjir akibat rusaknya tanggul
Cara Menghadapi Gempa Bumi
Bila berada di
dalam rumah:
·
Jangan panik dan jangan berlari keluar, berlindunglah
dibawah meja atau tempat tidur.
·
Bila tidak ada, lindungilah kepala dengan bantal atau
benda lainnya.
·
Jauhi rak buku, lemari dan kaca jendela.
·
Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh,
benda-benda yang tergantung di dinding dan sebagainya.
Bila berada di
luar ruangan:
·
Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat
listrik dan tiang listrik, papan reklame, pohon yang tinggi dan sebagainya.
·
Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka.
·
Jauhi rak-rak dan kaca jendela.
Bila berada di
dalam ruangan umum:
·
Jangan panik dan jangan berlari keluar karena kemungkinan
dipenuhi orang.
·
Jauhi benda-benda yang mudah tergelincir seperti rak,
lemari, kaca jendela dan sebagainya.
Bila sedang
mengendarai kendaraan:
·
Segera hentikan di tempat yang terbuka.
·
Jangan berhenti di atas jembatan atau dibawah jembatan
layang/jembatan penyeberangan.
·
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan.
·
Ikuti semua petunjuk dari pegawai atau satpam.
·
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempabumi atau kebakaran.
Lebih baik menggunakan tangga darurat.
·
Jika anda merasakan getaran gempabumi saat berada di
dalam lift, maka tekanlah semua tombol.
·
Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan
mengungsilah.
·
Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung
dengan menggunakan interphone jika tersedia.
·
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak
akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak
·
Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas
kereta
·
Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau
stasiun akan mengakibatkan kepanikan
Bila sedang
berada di gunung/pantai:
·
Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika
Anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke
dataran yang tinggi.
Beri
pertolongan:
·
Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan
mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian maka bersiaplah memberikan
pertolongan pertama kepada orang-orang berada di sekitar Anda.
Evakuasi:
·
Tempat-tempat pengungsian biasanya telah diatur oleh
pemerintah daerah. Pengungsian perlu dilakukan jika kebakaran meluas akibat
gempa bumi. Pada prinsipnya, evakuasi dilakukan dengan berjalan kaki dibawah
kawalan petugas polisi atau instansi pemerintah. * * * Bawalah barang-barang
secukupnya.
Dengarkan
informasi:
·
Saat gempa bumi terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya.
Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan
bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh
informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi, atau petugas
PMK. Jangan bertindak karena informasi yang tidak jelas.
Tsunami
Tsunami (bahasa
Jepang: 津波; tsu =
pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti
"ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa
bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung
berapi bawah laut, longsor bawah
laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami
dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami
adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami
dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami
menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat
hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif
yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan
orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga
abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim.
Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
geologi, geografi, dan oseanografi pada masa
lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut seismik".
Beberapa
kondisi meteorologis, seperti badai
tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang
ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut normal. Ketika badai ini
mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan
tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah
menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di
sekeliling Samudra
Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre
(PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada
wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang
membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang
akan berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti
historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan
beberapa pulau dapat tenggelam
Terminologi
Kata tsunami
berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami
berarti gelombang. Tsunami sering
terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 196 tsunami telah terjadi.
Pada beberapa
kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam
tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama
dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan
tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai
gelombang pasang yang tinggi.
Tsunami dan
gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan,
namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih
lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi.
Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi
"kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan
gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas
pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat
tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.
Hanya ada
beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak
ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa
Tamil, ië beuna atau alôn buluëk (menurut
dialek) dalam Bahasa
Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama
di Filipina, alon berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah
pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa
Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa
Sigulai, emong berarti tsunami.
Skema terjadinya tsunami
Tsunami dapat
terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air,
seperti letusan gunung
api, gempa
bumi, longsormaupun meteor yang
jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam
rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya
ketika meletusnya Gunung
Krakatau.
Gerakan
vertikal pada kerak
bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara
tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya.
Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan
gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya
sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang
tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai
tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa
air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan
vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi
juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana
lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor
yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan
gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara
tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang
tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang
menyebabkan tsunami
·
Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 -
30 km)
·
Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala
Richter
·
Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
Sistem Peringatan Dini
Banyak
kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai sistem peringatan tsunami dan
prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat
diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di
berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui
perangkat yang ada di dasar atau permukaan laut yang terhubung dengan satelit.
Perekam tekanan
di dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung di laut buoy, dapat
digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat
manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk
memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawaii pada
tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah
terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika
serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada
tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional
pada tahun 1965.
Salah satu
sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di
pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific
Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini,
ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya masih
banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah
gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung.
Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi
gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di
pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang
mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti
kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam
tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan
tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara
akurat.
Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia
Pemerintah
Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem
Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System -
InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) di Jakarta.
Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa
yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang
disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat
peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan
Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan
Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi
pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga
non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset
dan Teknologi (RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab
untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat
mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa
terjadi.
Sistem
Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko,
Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan
laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
Dampak tsunami pada lingkungan
- merusak lingkungan (sudah pasti),
- merusak ekosistem dan merusak rantai makanan, ada banyak tumbuhan yang tidak bisa tumbuh lagi dan itu membuat rantai makanan putus (sisi lingkungan pada biologi)
- merusak tanah, tanah tidak subur. karena tsunami adalah air laut. banyak tanah yang terkena garam menjadi kering. serta zat mineral hilang karena terbawa arus tsunami. (lingkungan pada geografis)
- menghilangkan sumber sejarah, apabila sumber sejarah berupa benda yang mudah luntur maka akan sangat berbahaya (segi historis)
- menumpuknya sampah yang dibawa gelombang sunami (dari segi kebersihan)
- hilangnya infrastuktur (dari segi ekonomi)
- merusak lingkungan (sudah pasti),
- merusak ekosistem dan merusak rantai makanan, ada banyak tumbuhan yang tidak bisa tumbuh lagi dan itu membuat rantai makanan putus (sisi lingkungan pada biologi)
- merusak tanah, tanah tidak subur. karena tsunami adalah air laut. banyak tanah yang terkena garam menjadi kering. serta zat mineral hilang karena terbawa arus tsunami. (lingkungan pada geografis)
- menghilangkan sumber sejarah, apabila sumber sejarah berupa benda yang mudah luntur maka akan sangat berbahaya (segi historis)
- menumpuknya sampah yang dibawa gelombang sunami (dari segi kebersihan)
- hilangnya infrastuktur (dari segi ekonomi)
Tanah longsor
Longsor atau
sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan
berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong
dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi
kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini
adalah gravitasi yang
memengaruhi suatu lereng yang curam.
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November
seiring meningkatnya intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar.
Muncul-lah pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan rekahan
tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak.
Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, kandungan air
pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat
menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk
dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.
Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan
diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.
Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut,
dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila
ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah
liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng > 220. Tanah
jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama bila
terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan
tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika udara terlalu
panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Pada umumnya, batuan endapan gunungapi dan batuan sedimen
berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung kurang kuat.
Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses pelapukan dan
umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah
menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan
untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat
menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran
lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi,
ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang
ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi
retak.
7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan
lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi
longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan
kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di
sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya
penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing.
Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan
menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi
pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat
atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri:
·
Adanya
tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
·
Umumnya
dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan
subur.
·
Daerah
badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
·
Dijumpai
longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
·
Dijumpai
tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada
longsoran lama.
·
Dijumpai
alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
·
Longsoran
lama ini cukup luas.
12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:
·
Bidang
perlapisan batuan
·
Bidang
kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
·
Bidang
kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
·
Bidang
kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak
melewatkan air (kedap air).
·
Bidang
kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
·
Bidang-bidang
tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran
tanah longsor.
13. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul
dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah
dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan
guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih
meninggal.
Proses Terjadinya Tanah Longsor
• Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah.
• Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelintir, maka tanah menjadi licin.
• Selanjutnya tanah pelapukan yang berada di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
• Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah.
• Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelintir, maka tanah menjadi licin.
• Selanjutnya tanah pelapukan yang berada di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Tanah Longsor
• Rusaknya area pertanian, perhutanan, perkebunan, perternakan.
• Rusaknya Infrastruktur
o Daerah pemukiman penduduk.
o Jalan dan jembatan.
o Sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.
• Buruknya sanintasi lingkungan.
• Korban jiwa.
Upaya Penanggulangan
• Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman, Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun permukiman.
• Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
• Jangan menebang pohon di lereng Jangan membangun rumah/pemukiman di bawah tebing/lereng terjal.
Hal yang dilakukan selama Dan sesudah terjadi bencana
• Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
-Kondisi medan
-Kondisi bencana
-Peralatan
-Informasi bencana
• Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
• Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
Banjir
Sebuah banjir adalah
peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.[1] Pengarahan banjir Uni Eropa
mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang
biasanya tidak terendam air.[2] Dalam arti
"air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir
diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang
meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.[3]
Ukuran danau
atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan
salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai
daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga
dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air,
terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan
pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat
banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang
lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan
memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat
perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa
nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir
periodik.
Mitos banjir besar adalah
kisah mitologi banjir
besar yang dikirimkan oleh Tuhan untuk
menghancurkan suatu peradaban sebagai pembalasan agung dan
sering muncul dalam mitologi berbagai kebudayaan di dunia.
Jenis dan penyebab utama
Sungai
·
Lama: Endapan dari hujan atau pencairan
salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan
depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan
drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat
mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
·
Cepat: Termasuk banjir bandang akibat
curah hujan konvektif (badai petir besar)
atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.
Muara
·
Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang
diakibatkan angin badai. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk dalam
kategori ini.
Pantai
·
Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain
seperti tsunami atau
hurikan). Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk
dalam kategori ini.
Malapetaka
·
Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti
jebolnya bendungan atau
bencana lain seperti gempa bumi dan
letusan gunung berapi).
Manusia
·
Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau
pipa.
Lumpur
·
Banjir lumpur terjadi
melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah dari
endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai.
Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir
lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang
diakibatkan pergerakan massal.
Lainnya
·
Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap
air (misalnya akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi
lemah atau penguapan rendah).
·
Berang-berang pembangun bendungan dapat
membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan
kerusakan besar.
Dampak
Dampak primer
·
Kerusakan fisik - Mampu
merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan,
sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dankanal.
Dampak sekunder
·
Pertanian dan persediaan makanan -
Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen.[4] Namun,
dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi
menambah mineral tanah setempat.
·
Transportasi - Jalur
transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang
membutuhkan.
Dampak tersier/jangka panjang
·
Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena
penurunan jumlah wisatawan, biaya pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang
mendorong kenaikan harga, dll.